Senin, 02 Februari 2015



              
Di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga bersama anak tunggal mereka. Karena anak semata wayang, si anak cenderung manja dan kurang mandiri. Orang tuanya sering menasihati kebiasaannya yang kurang baik itu. Terutama, kebiasaannya menyalahkan orang lain, entah kawan, atau bahkan orang tuanya sendiri. Anak ini sangat pandai mencari-cari dan menunjukkan kesalahan orang lain, bahkan kadang hanya bertujuan untuk mempermalukan orang yang berbuat salah walaupun tanpa sengaja.
                Suatu hari, karena kurang hati-hati, anak tersebut terjatuh. Segera dia berteriak ke ayahnya, “Aduh, ayah sih meletakkan ember disembarang tempat! Aku jadi jatuh, sakit nih.” Ayahnya menolong sambil berkata, “ Bukan salah ayah atau embernya, ember itu setiap hari berada ditempatnya, tetapi kamu yang tidak berhati-hati berjalan sehingga terpeleset dan jatuh. Kalau jalan yang hati-hati ya, Nak.” Dengan bersungut-sungut si anak pergi begitu saja.
                Pada suatu ketika, si anak berjalan-jalan di pinggir hutan. Di tengah hutan, matanya tertuju pada sekelompok lebah yang menggerumuni sarangnya. “Wah, madu lebah itu pasti enak dan menyehatkan badan. Aku akan usir lebah-lebah itu dan mengambil madunya.” Maka, ia pun mengambil sebatang bambu dan mulai menyodok sarang lebah dengan keras. Ribuan lebah merasa terusik dan berbalik menyerang si anak. Melihat binatang kecil yang begitu banyak berterbangan ke arahnya, segera ia lari terbirit-birit. Lebah-lebah yang marah pun mengejar dan mulai menyengat.
                “Aduh....tolong...tolong,” anak itu berusaha lari dan menghindar. Ketika tiba di tepi sungai, segara dia menceburkan diri kesana. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan buruannya yang basah dan kesakitan. Dari kejauhan, mendengar teriakan anaknya, sang ayah bergeagas berlari mendatangi untuk menolongnya.
                Setibanya disana, si anak dengan muka kesal dan nada marah berkata keras kepada ayahnya, “Mengapa ayah tidak segera menolongku? Lihat nih, bajuku basah kuyup kedinginan, badanku sakit terkena sengatan lebah! Seandainya ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkanku sehingga aku tidak perlu mengalami hal seperti ini. Semua ini salah ayah!” Ujarnya seraya mengibaskan dengan kasar tangan ayahnya yang terulur. Sang ayah yang berniat menolong menjadi terdiam kaget dan menghela napas. Mereka pun berjalan pulang ke rumah bersama sambil berdiam diri
                Malam harinya, menjelang tidur, sang ayah menghampiri anaknya sambil membawa selembar kertas putih,”Anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini?” Setelah memperhatikan sejenak si anak menjawab, “ Itu hanya kertas putih biasa, tidak ada gambar. Kenapa ayah menanyakan ?” Tanpa menjawab ayahnya menggunakan sebuah bulpen untuk membuat sebuah titik hitam di kertas putih itu. “Apa yang kamu lihat dari kertas putih ini?”
                “Ada gambar titik hitam di kertaas putih itu!” jawab si anak keheranan.”Anakku, mengapa engkau hanya melihat satu titik hitam pada kertas putih ini? Padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Ketauhilah anakku, kertas ini sama seperti cara pandangmu. Betapa mudahny kamu melihat keasalahan ayah maupun keasalahan orang lain, padahal masih begitu banyak hal-hal baik yang telah ayah dan orang lain lakukan kepadamu. Semua kebaikan orang lain, seberapa besar pun seakan-akan tidak ada artinya, sebab engkau hanya melihat dan memperhatikan noda hitam itu, yakni kesalahan orang, yang walau sekecil apapun menjadikanmu marah-marah dan tidak senang hati. Sikapmu sungguh tidak terpuji dan harus kau ubah! Kesialan yang datang padamu hanya karena ketidak hati-hatianmu, jangan limpahkan kesalahanmu kepada orang lain. Apakah kamu mnegerti?” Sambil menundukkan kepala si anak menganggguk dan dan menjawab lirih, “Maafkan Ananda yah, Ananda salah selama ini. Tolong ingatkan bila Ananda masih melakukan kesalahan yang sama.”

                Pembaca yang bijak
                Pepatah mengatakan, ‘Gajah dipelupuk mata tidak tampak, semut diseberang lautan kelihatan.’ Kalau pada setiap masalah yang timbul kita bisa melihat kelemahan kita dahulu, bukan kesalahan orang lain, maka sikap posotif seperti itu akan memudahkan kita memecahkan setiap problem yang muncul. Kita akan bisa mengoreksi kesalahan dan sekaligus mengembangkan kekayaan mental kita demi kemajuan diri
                Mari kita  koreksi diri sendiri, sebelum menyalahkan orang lain. Lihat benar-benar darimanakah sumber sebuah masalah, jangan terburu menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam.  
“Kalau kita bisa memandang secara positif stiap masalah yang muncul dari kacamata kelemahan kita dahulu, bukan pada kesalahan orang lain, maka kita akan mudah mendapatkan solusi yang terbaik dalam memecahkan problem itu”

  

0 komentar :

Posting Komentar