Sahabat adalah orang yang paling dipercaya, yang
bisa diajak cerita tentang masalah kita, yang ada di saat kita butuh atau
bahkan saat kita tidak butuhpun sahabat ada disamping kita untuk menemani kita.
Seorang sahabat sejati sulit sekali untuk kita cari atau kita jumpai, karena
mencari sahabat sejati itu memang bener-bener sangat sulit.
Seorang sahabat itu
hampir 11/12 dengan
saudara kandung kita. Bedanya hanya lain ibu dan ayah. tidak ada pertalian
darah. Yang ada hanya pertalian hati.Banyak persyaratan yang kita tentukan. Kita
harus benar-benar teliti sebelum menjadikan seseorang itu benar-benar kita
anggap sebagai sahabat. Kita harus benar-benar menyamakan visi dan misi. Ya seperti itulah kira-kira tak mudah memang
untuk mendapatkan seorang sahabat. Apalagi di dunia yang sama-sama kita kenal
saat ini.
Sahabat adalah seseorang yang kalau kita lagi sedih
ia bisa membuat kita tersenyum sementara ketika kita senang dia akan lebih
senang dari kita. Rasanya nggak terlalau berlebihan kalau keberadaan seorang
sahabat memang sangat istimewa, Ia menjadi zat penting yang memberi warna dalam
kehidupan kita. So, punya sahabat bukan lagi sebuah keharusan melainkan
kebutuhan, Punya sahabat itu ga ada ruginya, malah akan lebih banyak rezeki,
sebab sekali lagi sahabat membuat hari-hari anda akan lebih hidup, bermakna dan
berwarna.
Sahabat itu teman curhat, tidak
ada istilah stress ketika dirundung masalah, seberat apapun masalah itu kalau
kita punya sahabat. Dalam hal ini sahabat bisa menjadi tempat berbagi cerita,
teman curhat, yang nyaman. Kita bisa mengungkapkan semua perasaan kita selain
kepada keluarga (kalau jauh dari keluarga) atau pacar (sebaiknya jangan) yaitu
kepada sahabat kita. Sahabat itu adalah dewa penolong. Butuh bantuan, butuh
pertolongan kenapa enggak lari ke sahabat. Siapa tau dia bisa bantu, bisa kasih
solusi, atau paling tidak sekedar opini. Tapi bukan berarti setiap masalah
harus lari ke sahabat, yang paling baik dan utama adalah dengan
menyelesaikannya sendiri, baru ke keluarga terus orang terdekat yaitu sahabat
dan tidak lupa minta kepada yang di atas. Belajar mandiri ceritanya.
Sahabat itu orang yang nyambung
diajak ngobrol, enak diajak diskusi, teman berbincang yang menyenangkan dan
semua itu akan tercapai manakala kamu bisa saling mengenal kepribadiannnya
masing-masing (takut orangnya suka ngomongin rahasia orang, gawat men), Sahabat
itu orang yang dengan kelapangan hatinya bisa mengerti kita, dengan keterbukaan
tangannya bisa menerima kita apa adanya, tanpa pernah berusaha mempengaruhi
apalagi mengubah keadaan kita.
Sahabat itu cermin bagi diri
kita, rujukan tempat kita mengekspresikan diri. Sahabat itu seperti tubuh, bila
tubuh kita salah satu sakit, maka yang lain akan merasa sakit. Misalnya kalau
kaki kita terantuk batu, pasti dengan mulut refleks akan bilang “aduh”, tangan
langsung mengusap dan mengobatinya, tanpa diminta dan tanpa disuruh, begitu
juga seorang sahabat dia akan punya kesadaran diri kalau sahabatnya sedang
dalam kesulitan, dan itu dilakukan atas dasar keikhlasan bukan paksaan apalagi
pamrih, ya seperti tubuh kita yang sakit tadi.
Patut bagi anda untuk mencari tahu apakah
ia benar-benar layak dijadikan sahabat. Mau tahu caranya? Mudah saja, sesuai
dengan yang pernah saya lakukan yaitu dengan cara :
Mula-mula, anda pinjam
sesuatu barang yang anda anggap barang tersebut merupakan barang yang penting
baginya. Kalau yang saya pinjam waktu itu flashdisk-nya yang berisi beberapa
file tugas miliknya. Kemudian, diamkan barang tersebut dengan anda. Jangan
diberikan sampai ia sendiri yang memintanya. Undur-undur saja waktunya. Katakan
padanya nanti saja. Sebentar lagi masih ada yang perlu. Coba untuk diundur-undur
waktunya. Sampai ia lupa untuk memintanya kembali. Lalu, ketika ia sudah
kembali ingat dan meminta barang tersebut kepada anda, dengan mimik seperti
orang yang melakukan kesalahan anda sampaikan maksud perihal barang tersebut.
Katakan dengan rasa bersalah bahwa barang tersebut tidak sengaja dihilangkan.
Sampaikan alasan terbaik anda. Kemudian tunggu tanggapan seperti apa yang akan
keluar dari mulutnya.
Jika ia marah pada anda sambil mengumpat atau
semacamnya maka anda diamkan saja. Biarkan ia sepuasnya mengata-ngatai anda.
Dengarkan saja dengan seksama. Jangan sampai anda membalasnya atau bahkan
ketawa karena itu akan membuatnya curiga. Biarkan ia meluapkan emosinya sampai
puas. Jika hal seperti itu yang terjadi maka yang harus anda lakukan ketika ia
diam dan akan meninggalkan anda barulah anda beraksi. Dengan tanpa kata-kata
sedikitpun anda sodorkan barang tersebut.
Dari sana anda bisa menyimpulkan bahwa ia
ternyata belum layak disebut sahabat. Karena ia masih belum rela jika anda
menggunakan atau bahkan menghilangkan barangnya. Dia bukanlah sahabat anda! Ia baru layak disebut sahabat anda jika
tanggapannya seperti ini; ia tersenyum. Kemudian mencoba menanyakan baik-baik
tanpa emosi perihal kehilangannya. Bagaimana kronologi barang tersebut bisa
sampai hilang. Ketika anda menjelaskannya kemudian ia bisa melapangkan dada. Ia
merelakan kehilngan itu dan mungkin membalas apa yang telah anda lakukan itu
dengan penuh sabar maka barulah ia sosok yang anda cari. Anda layak menyebutnya sahabat!
0 komentar :
Posting Komentar