Inspirasi bisa datang dari siapa saja! Tidak hanya dari tokoh terkenal. Kisah orang biasa dengan tindakan luar biasa bisa pun bisa menginspirasi kita. Kisah Priskilla Smith Jully contohnya. Di tengah keterbatasan penglihatannya, Priska mendirikan The School Of Life (TSOL), “rumah” bagi penderita cacat, orang terlantar dan penderita gangguan jiwa.
Siapa suka melihat pelangi? Menikmati pemandangan pegunungan? Atau menyaksikan debur ombak? Indah kan Kak? Tapi tidak semua orang seberuntung kita yang bisa menyaksikan keindahan alam. Mereka penglihatannya terbatas, kemanapun menatap, hanya gelap yang terlihat. Terbayang kak rasanya? Coba pejamkan mata dan melangkahlah, 10 langkah saja.
Namun di tengah keterbatasan, beberapa dari mereka bertindak luar biasa, lebih luar biasa dibandingkan kita yang berpenglihatan normal.
“Aku menatap gelap. Tapi aku percaya duniaku berwarna. Cita-citaku sederhana, membawa dunia yang sama kepada mereka yang pernah ditinggalkan. Dan karenanya aku bahagia” (Priskilla Smith Jully).
Itulah kata-kata Kak Priska, seorang perempuan berumur 34 tahun, yang selama hidupnya tak bisa menikmati warna-warni dunia. Keterbatasan penglihatan tidak membatasi tindakan atau membuatnya menyerah. Ia justru berusaha keras membuat orang yang senasib dengannya, memperoleh kebahagiaan.
Kak Priska mendirikan The School Of Life (TSOL) yang mengasuh mereka yang tidak beruntung, mulai dari cacat fisik, terlantar, ataupun mengalami gangguan jiwa. Kak Priska peduli pada orang-orang yang terbuang sebagaimana dirinya. Kak Priska lahir sebagai anak yang tak diinginkan. Sewaktu dikandungan, ada usaha untuk menggugurkannya sehingga ia terlahir cacat.
Dalam kondisi fisik yang kurang beruntung, Kak Priska juga berusaha menyambung kehidupannya. Berbagai profesi, mulai dari kondektur, penjual kue, penyanyi kafe, preman pasar, sampai penyiar radio, pernah ia lakoni. Keadaan ini tidak membuat keinginannya untuk berbagi kebahagiaan menjadi padam. Ia tetap berani mendirikan The School Of Life (TSOL).
Jika ditanya, berapa modal yang dimiliki Kak Priska untuk mendirikan TSOL, ia pasti menjawab, modalnya hanya nekat. Puluhan orang kurang beruntung menjadi anak didiknya. Untuk mengatasi berbagai kesulitan ekonomi yang dialami sekolah yang berdiri pada 2006 tersebut, Kak Priska bersama tim pengabdi dan beberapa anak asuhnya turun langsung mencari uang. Mereka melakukan apapun, seperti menjadi pengupas bawang merah, badut, pengisi acara di resepsi, sampai berjualan sembako dan pakaian bekas.
Perjalanan hidup dan tindakan nyata Kak Priska ini begitu inspiratif. Fimela TV dan DOVE bersama Miles Films dengan didukung oleh Kick Andy Foundation, tergugah untuk mengabadikan kisahnya dalam bentuk film pendek. Film berjudul Lentera Hati Priska ini bertujuan menginspirasi orang Indonesia, perempuan khususnya, untuk terus berjuang demi kehidupan yang lebih baik.
Langkah Kak Priska sudah luar biasa. Selayaknya mendapat dukungan luas dari kita agar upaya luar biasa tersebut mencapai tujuannya.
Sumber : http://blog.indonesiabercerita.org/beritaidcerita/lentera-hati-priska/
0 komentar :
Posting Komentar